MISTERI DUNIA LAIN

MISTERI DUNIA LAIN

Jumat, 15 Desember 2017

ARWAH NYAI WARSINAH

MISTERI DUNIA LAIN - KESAKSIAN JANDA SANTIKA TERUNGKAPNYA ARWAH NYAI WARSINAH - Semasa hidupnya Nyai warsinah adalah pembantu di rumah seorang mener Belanda. Dia meninggal setelah tiduri oleh para algojo bayaran isteri sang meneer yang cemburu. Tak puas hanya sampai di situ saja, isteri sang meneer juga menyuruh para alogojonya untuk memotong-motong tubuh Warsinah, yang kemudian di kuburkan di bawah lantai kamar. mari kita simak kisah selanjutnya..

 

Rumah kuno itu telah berkali-kali dikontrak oleh orang. Anehnya, semua orang yang pernah menempati rumah tersebut, rata-rata tidak ada pernah betah atau kerasan. Paling lama hanya bertahan satu atau dua bulan menempatinya. Entah apa alasan dan penyebabnya, tak seorang pun dari mereka yang memberikan sebuah keterangan atau alasan. Memang, ada sesuatu yang unik. Setiap orang yang keluar dari rumah kontrakan tersebut, rata-rata tutup mulut dan tak mau bercerita perihal rumah tersebut.

Pak Sarmad, si pemilik rumah gedung tua dan kuno tersebut. Kemungkinan, dia sendirilah yang mengetahui apa sebab-sebabnya yang mengontrak rumah rata-rata hengkang dalam waktu yang singkat. Entah ada sesuatu apa di sana?

Orang yang terakhir kali mengontrak rumah tersebut adalah keluarga Pak Burhan. Bersama dua orang anak dan istrinya, serta salah seorang pembantu rumah tangga, mereka tinggal di rumah kontrakan tersebut. Namun baru menempati rumah sepuluh hari, ada kesaksian yang cukup membuat bulu kuduk merinding.

Semalam saya mendengar suara seorang wanita yang sedang menangis, lalu saya terbangun dan mencari sumber suara tangisan wanita tersebut. Namun ketika saya melangkah dari pintu kamar, hiiiih, di depan mata saya terlihat ada sepotong kepala seorang wanita tergeletak di lantai, di depan pintu kamar Nyonya!.


Ucap Bu Nuri, pembantu rumah tangga di rumah tersebut, kepada isteri Pak Burhan.
Pada mulanya istri Pak Burhan tidak percaya pada cerita Buk Nuri, yang dikiranya hanya mengada-ada saja. Namun pada suatu malam, saat pak burhan sedang ditugaskan keluar kota dan dia sedang tidur sendirian di kamar, isteri Pak Burhan ini menjerit-jerit ngeri karena melihat ada sosok tubuh tanpa kepala, kemudian menghilang dan lenyap di sepanjang lantai kamar yang terbuat dari semen yang telah retak-retak.


Selain saya melihat ada sesosok tubuh tanpa kepala tersebut, pada keesokan malamnya saya juga melihat pula ada sepasang tangan yang melayang-layang di dalam kamar tidur, ucap isteri Pak burhan pada suatu pagi, ketika Pak Burhan hendak berangkat kerja. Bukan cuma itu saja Mas! Si Nuri, pembantu kita, malah pernah juga ditarik-tarik kakinya di saat tidur oleh tangan-tangan yang menyeramkan!.
Aaah, mungkin kau dan si Nuri cuma bermimpi barangkali buk!. Tukas pak burhan seakan tak percaya pada ucapan isterinya yang berbau takhayul. Mana mungkin sih ada hantu di abad modern seperti sekarang ini bu? Tambahnya menegaskan.

Pak burhan tak peduli dengan ketakutan sang isterinya. Hingga pada suatu malam tepat malam selasa Wage, pak burhan merasa sulit sekali untuk tidur. Sebentar-sebentar dia meneguk kopi panas, sehingga tubuhnya sedikit berkeringat dan matanya menjadi tak mengantuk. Sementara itu isteri bersama kedua anaknya telah tidur lelap. Namun pak burhan sendiri tidak tahu pasti, apakah isterinya sudah tertidur pulas, atau sekedar berbaring diam-diam membelakanginya. Sementara lampu kamar sengaja memang tidak dimatikan, sehingga ruang kamar terang benderang. Maksudnya agar mengurangi ketakutan sang isterinya.


Tiba-tiba, menjelang dini hari, sayup-sayup burhan mendengar suara bunyi ketukan pada lantai kamarnya. Suara ketukan itu kian lama semakin bertambah cepat dan jelas. Malah suaranya tidak dari satu arah saja, tapi seluruh dinding tembok kamar bagai turut mengantarkan bunyi suara ketukan ke telinganya. Hati Burhanpun berdebar-debar. Dan dirinya mulai merasa tegang.

Sambil memiringkan sedikit tubuhnya, Burhan turun dari tempat tidurnya. Betapa kagetnya dirinya, karena pada saat itu tiba-tiba burhan melihat ada sepasang tangan yang begitu menyeramkan, melayang di sekitar tempat tidur anaknya. Tangan tersebut seakan hendak meraba sesuatu, seperti gerak tangan orang yang tenggelam, yang hendak menjangkau tempat bergantung. Pangkal lengan samar, tumbuh di sepanjang lantai kamar yang terbikin dari semen yang telah retak-retak. Terkadang mencuat keluar sampai ke bahunya.

Walau Pak Burhan tergolong seorang lelaki pemberani, namun tak urung tubuhnya menggigil seperti tikus ketakutan dikejar kucing. Selanjutnya tangan itu menggoyang-goyangkan kaki anaknya yang sedang tidur nyenyak, sehingga anaknya itu terbangun sambil langsung berteriak-teriak ketakutan.


Tolong, Ibu! Tolong Ayah! Tangan setan itu mengganggu lagi!. Teriak si bungsu, yang telah tidur di tepi ranjang sebelah luar. Di saat yang hampir bersamaan, isterinya pun turut terbangun pula. Sementara itu, suhu di dalam kamar itu terasa mendadak menjadi sangat dingin. Dingin beku dan seperti melembab.

Burhan menyaksikan dengan jelas peristiwa tersebut, ketika secara perlahan-lahan tangan itu menyusup masuk lagi ke lantai semen yang telah retak, laksana asap yang ditutup dengan suatu tabir yang tak tampak. Pak burhan cuma bisa bengong saja tanpa dapat berbuat apa-apa, memandang kejadian aneh yang ada di hadapannya tersebut. Sementara sang isteri yang ketakutan segera memeluk tubuh burhan, di iringi suara tangisan anak-anak mereka yang telah turun dari tempat tidur.

Pada pukul tiga pagi dinihari itu juga, burhan beserta keluarganya mengemasi seluruh barang-barangnya. dan mohon pamit pada Pak Sarmad, si pemilik rumah yang dikontrakannya.

Kami semua akan meninggalkan rumah Bapak pada malam hari ini juga, ucap Burhan dengan nafas ngos-ngosan. Rumah Pak Sarmad ada hantunya, saya dan isteri serta anak-anak baru saja telah diganggu hantu-hantu tersebut.

Pak Sarmad tidak merasa terkejut mendengar laporan burhan. Wajahnya tetap tenang. Sementara Burhan mengusap keringat di keningnya dengan pangkal lengannya, dan sesekali melirik rumah yang dikontraknya itu, yang ternyata ada hantunya. Pada malam hari itu juga, rumah kuno yang mengerikan itu ditinggalkan oleh keluarga Burhan.

Setelah keluarga pak burhan meninggalkan rumah yang penuh misteri, terjadi suatu kejadian yang sangat ganjil. Tiba-tiba seluruh daun pintu dan semua daun jendela kamar terbuka dengan sendirinya. Seolah-olah penghuni rumah yang tak tampak itu seakan merasa kecewa, karena kini sudah tidak ada lagi orang-orang yang akan menemaninya di dalam rumah itu.

Berhubung rumah tua itu letaknya sangat strategis dan menarik, juga tarip sewanya tidak terlalu mahal, maka belum ada satu minggu, ada orang yang berminat ingin menempatinya. Kali ini yang mengontrak adalah seorang janda muda beranak tiga bernama: Santika. Dia merasa sangat tertarik dengan rumah itu lantaran halamannya luas. Dia berniat hendak membuka warung rokok plus berjualan makanan kecil di depan rumah itu.

Semula pak Sarmad agak ragu-ragu. meras kasihan apabila janda itu diganggu oleh hantu penunggu rumah tersebut. Tetapi akhirnya dia menerima juga tawaran Santika untuk mengontrak rumah miliknya yang angker tersebut.

Selama tiga hari berturut-turut janda bernama Santika itu mendiami rumah tua tersebut memang tidak terjadi apa-apa. Santika merasa senang juga hatinya ketika pada suatu hari pak Sarmad memberikannya satu tandan pisang ambon hasil kebunnya. Karena Pak Sarmad merasa kasihan melihat pada ketiga anaknya yang masih kecil-kecil dan sudah yatim. Terlebih lagi ketika Santika menceritakan, bahwa suaminya meninggal karena disantet.

Korban guna-guna dari saingan dagang suaminya, yang merasa syirik melihat usaha suaminya yang berkembang begitu pesat. Keberhasilan suami Samtika sebagai agen rokok dan pedagang makanan kecil ternyata membuat iri hati saingan dagangnya. Demikianlah cerita janda muda beranak tiga berasal dari kota Malang kepada Pak Sarmad.

Santika sendiri adalah seorang tamatan sekolah guru. Sebelum menikah dia pernah mengajar di SD dan kemudian menikah dengan seorang pengusaha agen rokok. Dengan berbekal sedikit warisan almarhum sang suami, Santika berniat hendak membuka warung rokok sebagai penghasilannya setiap hari, demi membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil.


KIUKIUDOMINO

BANDAR Q

Rupanya, makhluk gaib mungkin tidak sudi memikirkan keadaan manusia yang mendiami rumah tua celaka tersebut. Tepatnya pada hari ketujuh belas, pada malam Jum'at Kliwon, jam telah menunjukkan pukul satu dini hari, Santika dikejutkan oleh jeritan anaknya yang pertama, yang sudah pandai bicara.

Santika lalu mendekap anaknya sambil membujuk: Ada apa, Adi? Kok malam-malam begini menjerit?.

Ada tangan yang menyeramkan, Bu!. Jawab Adi, sambil menunjuk ke lantai di bawah tempat tidur yang tampak retak. Tangan itu barusan saja menarik-narik kaki Adi, Bu!.


Tangan? Maksud Adi tangan siapa?. Santika mendesak anaknya agar segera bicara yang sebenarnya. Sementara anaknya yang kedua dan paling bungsu juga turut terbangun pula. Anak-anak yang masih berusia di bawah tujuh tahun memang mempunyai perasaan yang peka. Sontak saja ketiga anak Santika langsung saja menangis di tengah malam. Santika mencoba untuk membujuk, guna mendiamkan ketiga anaknya yang sedang menangis, namun sia-sia. Malah mereka semakin bertambah menangis.

Santika diam terpaku, duduk di tepi tempat tidur, sambil memandang lantai yang retak-retak yang ditunjuk tadi oleh Adi anaknya. Karena hidupnya telah lama menderita, sejak suaminya mati disantet, maka membuat perempuan bernama Santika ini menjadi tabah menghadapi segala persoalan. Selama hidup menjanda dan menanggung beban ketiga anak yang didapat dari suaminya, menyebabkan dia agak sukar dilamar oleh lelaki lain sebagai isteri. Ada juga beberapa duda yang telah mempunyai anak, pernah ingin menikahinya. Namun Santika sudah bertekad, sebisa-bisanya ingin memikul hidup ketiga anaknya, sekuat tenaga dan kemampuan yang ada pada dirinya.

Santika terus memandangi lantai dekat tempat tidur dengan mata terpentang lebar. Membuat sekujur tubuhnya menjadi tegang dan kalut, untuk menghadapi apa yang bakal terjadi pada ketiga anaknya. Santika dalam sekejab berubah bagai singa betina yang berusaha melindungi anaknya dari bahaya. Dia menjadi berani dan beringas, siap untuk menghadapi segala apa pun demi anak-anaknya.



Hei..., mengapa kau berbuat usil kepada kami yang malang ini?. Ucap Santika dengan suara lantang, sambil memeluk ketiga anaknya. Kenapa kau ganggu kami yang sudah bernasib malang, malah ingin dibuat sengsara?!.

Tiba-tiba terdengar suara gesekan di bawah lantai. Suara mirip bunyi sesosok tubuh yang terseret dengan paksa. Juga di iringi oleh suara napas sesak seperti orang tercekik. Dengan penuh tabah akhirnya Santika mendekati tepi tempat tidur. Kini dia dapat melihat jelas ada genangan air yang meresap kembali ke permukaan yang lantainya retak. Tempat itulah tadi yang ditunjuk oleh anaknya, Adi. Benarkah ada tangan yang muncul dari bawah sana?.

Apabila kau tidak dapat bicara, maka jawablah dengan ketukan sebagai tanda! Dapatkah kau melakukannya?. tanya Santika dengan suara lantang. Semula cuma sayup-sayup, tapi kemudian semakin bertambah jelas suara ketukan di bawah lantai semen.


Santika sesaat terpaku, saking herannya, karena ucapannya telah dijawab. Sejenak matanya mengamati sekeliling kamar, mencari alat tulis dan kertas. Sambil tetap memeluk ketiga anaknya, Lalu Santikapun mengambil beberapa lembar kertas dan sebuah pena. Kemudian duduk bersila menghadapi lantai retak yang senantiasa lembab tersebut.

Apabila kamu setan atau hantu, maka jawab dengan ketukan sebanyak tiga kali. Tapi jika kau roh manusia, harap jawablah dengan ketukan sebanyak tujuh kali, ujar Santika dengan penuh tabah, sambil memangku ketiga anaknya di pangkuannya.

Suasana menjadi hening sejenak. Pada detik-detik yang menegangkan itu, kemudian terdengar suara bunyi gesekan terseret di bawah lantai dan selanjutnya terdengar bunyi ketukan sebanyak tujuh kali.

Heeem, ternyata kamu adalah roh manusia?. ulang Santika. Kembali terdengar lagi bunyi ketukan sebanyak tujuh kali.

Tiba-tiba Santika ingat ketika dia pernah menjadi guru sekolah dasar. Selanjutnuya dia mengambil sebuah inisiatif; dengan menderetkan seluruh alpabet dari mulai huruf A sampai ke huruf Z dengan pena di atas lembaran kertas.

Apabila nanti salah satu dari huruf ini kutunjuk, harap ketuklah jika benar, sebagai salah satu huruf dari namamu, ujar Santika, yang kini telah berani menurunkan ketiga anak-anaknya dari pangkuannya. lalu, dengan perlahan ujung jari Santika menunjuk mulai dari huruf A sampai pada huruf W, mendadak terdengar bunyi ketukan di bawah lantai.

Santika lalu menulis huruf W sebagai awal tulisannya. Ketukan yang kedua terdengar saat jari Santika menunjukkan ke huruf A. Dalam tempo yang singkat tersusun rapi semua huruf yang menunjukkan sebuah nama: WARSINAH.

Hingga menjelang fajar, Santika menyalin seluruh abjad demi abjad seluruh catatan yang diperolehnya dari hasil ketukan misterius di bawah lantai. Ternyata yang dulu menjadi penghuni rumah, yang sekarang di tempati oleh Santika, adalah seorang Nyai Belanda atau isteri simpanan seorang Meneer Belanda bernama WARSINAH.

Menurut cerita Nyai Warsinah, dulunya dia pernah tinggal bersama dengan Meneer Peter van Houften sebagai Nyai Belanda sang Meneer. Semula mereka hidup bahagia, namun suatu ketika datanglah isteri Meneer Peter dari negeri Belanda. Saat itu kebetulan Meneer Peter sedang pergi keluar kota untuk suatu urusan dagang.

Menurut cerita roh Nyai Warsinah, pada malam hari yang naas, dia disiksa secara sadis oleh isteri Meneer Peter yang datang bersama para tukang pukulnya. lebih mengerikan lagi Warsinah jadi piala bergilir oleh kelima algojo itu dihadapan isteri Meneer Peter van Houften. Akibat dilanda cemburu.

Nyonya Belanda tersebut membuat wanita malang itu menjadi mayat terpotong tujuh. Selanjutnya mayat si Nyai malang yang terpotong tujuh itu dikubur, lalu disemen, di tengah kamar, tanpa kain kafan sebagai pembalutnya. Sungguh mengerikan!

Setelah terjadi dialog yang begitu sangat panjang, akhirnya roh Warsinah meminta kepada Santika, agar dapat menyampaikan pesannya: meminta agar Pak Sarmad, sudi menguburkan tulang-tulangnya dengan upacara yang sewajarnya. Selanjutnya memindahkannya ke tempat pemakaman umum.

Hingga pukul enam pagi Santika menulis ulang seluruh diktean abjad berangkai, sehingga menjadi sebuah riwayat hidup yang singkat. Setelah itu, diapun melaporkannya kepada Pak Sarmad.

Pada siang harinya,akhirnya pak Sarmad membongkar lantai kamar yang berubin retak dan senantiasa lembab tersebut. Ternyata memang ada tulang belulang Nyai Warsinah yang masih tetap utuh. Kemudian dengan upacara sederhana, tulang belulang itu dimakamkan di tanah wakaf, dan diberi sebuah nisan kayu bertuliskan nama: WARSINAH.

Allah SWT telah menakdirkan bahwa janda Santika yang memiliki tiga orang anak yatim, akhirnya mampu mengakhiri kegelisahan roh penasaran yang tidak terkubur secara sewajarnya.

AGEN JUDI ONLINE TERPERCAYA 100% AMAN

KIUKIUDOMINO

BANDAR Q

- SISTEM DEPO WD YANG CEPAT

- MIN DEPOSIT             IDR  50.000
- MIN WITHDRAW       IDR  50.000

"PROMO DEPOSIT "
- BONUS TURNOVER 0.3%
- BONUS REFERRAL 20%
Bonus Dibagikan 2x Seminggu Setiap SELASA & SABTU

UNTUK DAFTAR  :
DAFTAR

UNTUK DOWNLOAD APLIKASI PERMAINAN
APLIKASI

UNTUK INFO LEBIH LANJUT SILAHAKN HUBUNGI KITA DI :

Pin BBM : D883CE84
No. Telp : +66616873136
Skype : KiukiuDomino@hotmail.com
LineID : Kiukiudomino
WechatID : kiukiudomino


TERIMA KASIH SALAM SUKSES ADMIN KIUKIUDOMINO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yuukk bagi teman - teman blogger yang punya cerita serem.. juga boleh kirim linknya nanti akan admin Re-post

Misteri Desa Tanpa Kasur di Sleman

     Misteri Desa Tanpa Kasur di Sleman Yogyakarta, selain terkenal sebagai kota wisata dan kota pelajar, sebenarnya juga dikenal sebaga...